Advertisement

Prediksi Keamanan Siber di 2025, Ancaman Deepfake hingga Kuantum

Newswire
Selasa, 14 Januari 2025 - 18:17 WIB
Sunartono
Prediksi Keamanan Siber di 2025, Ancaman Deepfake hingga Kuantum Ilustrasi peretasan - Pixabay

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Regional Vice President Palo Alto Networks ASEAN Steven Scheurmann memaparkan lima prediksi keamanan siber di tahun 2025 untuk kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, mulai dari ancaman deepfake hingga keamanan kuantum.

"Tujuan prediksi ini adalah untuk membantu masyarakat, pelanggan, dan semua orang untuk menginformasikan bahwa ini adalah ancaman potensial. Jadi, inilah tujuannya, ini adalah untuk membantu kita bersiap sedia dan berada dalam posisi proaktif," ujar Steven dalam media briefing yang digelar daring, Selasa.

Advertisement

Menurut Scheurmann, infrastruktur keamanan siber akan semakin terpusat pada platform terpadu. Saat ini, banyak organisasi di sektor swasta maupun publik menggunakan puluhan alat keamanan berbeda, di kawasan ASEAN rata-rata 30 hingga 40 produk.

Namun, dia melihat bahwa tren ini mulai bergeser ke arah konsolidasi. Tujuan utama dari platform terpadu ini adalah untuk memberikan wawasan yang lebih baik, prediksi yang lebih akurat, respons yang lebih cepat, serta kemampuan untuk bertindak secara proaktif.

BACA JUGA : Serangan Siber di Sektor Perbankan Makin Kompleks, Begini Strategi Menangkalnya

Platform ini juga diharapkan dapat mengatasi masalah lambatnya waktu respons terhadap insiden keamanan. Dengan langkah ini, organisasi tidak hanya bersikap reaktif terhadap ancaman, tetapi juga proaktif mencegah serangan sebelum terjadi.

Prediksi kedua adalah penggunaan deepfake yang akan menjadi umum digunakan, terutama untuk penipuan berbasis suara dan video. Deepfake adalah foto, video, dan audio yang diedit atau dibuat menggunakan perangkat kecerdasan artifisial (AI).

Steven mengatakan kemajuan dalam teknologi AI generatif memungkinkan deepfake diciptakan dengan mudah, sehingga dapat menyerupai suara atau wajah individu secara realistis. Hal ini berpotensi digunakan untuk mengelabui organisasi atau individu melalui email atau pesan suara palsu.

"Jadi deepfake akan menjadi lebih umum, terutama untuk penipuan suara. Kita sudah melihat ini terjadi di mana-mana," kata dia.

Prediksi ketiga adalah tentang keamanan kuantum yang merupakan topik relatif baru. Steven berpandangan bahwa meskipun saat ini belum ada serangan besar yang memanfaatkan teknologi kuantum, namun potensi dari ancaman ini tidak boleh diabaikan. Teknologi kuantum memungkinkan peretas untuk mengumpulkan data saat ini dan mendeskripsinya di masa depan.

"Mereka sangat-sangat sabar. Mereka mungkin menyerang hari ini, mungkin besok, mungkin 10 tahun lagi. Intinya, keamanan kuantum akan digunakan untuk mengumpulkan data sekarang, dan memanen dan mendeskripsinya nanti. Mereka akan menunggu kesempatan untuk menyerang," ucapnya.

Prediksi keempat adalah transparansi di era AI. Steven menilai transparansi menjadi elemen utama dalam menjaga kepercayaan pelanggan di era AI.

Dia mengatakan saat ini di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Singapura, apabila terjadi insiden mengenai penggunaan AI, maka transparansi harus dilakukan. "Bagaimana data digunakan? Bagaimana perlindungan format? Bagaimana data dibagikan? Sangat penting untuk ada transparansi," kata Steven.

BACA JUGA : Universitas Siber Muhammadiyah Luncurkan AISA, Inovasi AI untuk Masa Depan Pendidikan Digital

"Jadi sebagai tanggapan terhadap AI, banyak regulator sekarang meminta secara hukum. Jadi ada peraturan baru. Harus ada transparansi, harus ada laporan, harus ada kepatuhan, harus ada kebijakan baru. Jadi ini akan lebih banyak kita lihat di tahun 2025, dan itu sangat penting," sambung dia.

Prediksi kelima mengenai integritas produk dan keamanan rantai pasokan. Saat ini masyarakat hidup dalam dunia yang terintegrasi. Dia mencontohkan negara Singapura, di mana semua data seperti catatan kesehatan, pajak, alamat, paspor, hingga kredensial saling terhubung.

Oleh karena itu, dia menilai bahwa integritas rantai pasokan dan produk menjadi sangat penting. Organisasi, termasuk di Indonesia, diyakini akan semakin banyak menggunakan aplikasi dan memasukkannya ke dalam cloud.

"Rantai pasokan, bagaimana data akan digunakan, semua bagian yang menjadi bagian dari interkoneksi dan integrasi itu, pemantauan real time, dan bagaimana berbagai pihak ketiga ini terhubung dan p

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Eksespi Hakim Heru Hanindyo Ditolak, Sidang Kasus Suap Vonis Bebas Ronald Tannur Dilanjutkan

News
| Rabu, 15 Januari 2025, 00:07 WIB

Advertisement

alt

Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul

Wisata
| Kamis, 02 Januari 2025, 15:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement