Advertisement

Starlink Dapat Membantu Percepatan Digitalisasi Kesehatan

Newswire
Minggu, 26 Mei 2024 - 21:47 WIB
Mediani Dyah Natalia
Starlink Dapat Membantu Percepatan Digitalisasi Kesehatan Dunia digital - ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Masuknya Starlink di Indonesia berpotensi mempercepat transformasi digital di bidang kesehatan, utamanya pemantauan penyakit.

Menurut Associate Professor Monash University Indonesia bidang Kesehatan Publik, Grace Wangge, dengan akses internet yang lebih luas dan cepat hingga di level puskesmas, data terkait tren kasus penyakit yang tinggi dapat diketahui dengan adanya laporan yang cepat.

Advertisement

“Data kesehatan kita tidak terkumpul dengan baik dan real-time, sehingga pengambil keputusan tidak cepat dan tepat," kata Grace dikutip dari siaran pers pada Minggu (26/5/2024).

"Misalnya di suatu daerah di Kalimantan, nakes mesti naik perahu setengah hari ke ibukota kabupaten, untuk sinkronisasi data stunting (EPPBGM) karena akses internet tidak ada. Tentunya hal ini memperlambat proses alokasi intervensi yang dibutuhkan," ujarnya menambahkan.

Lebih lanjut Grace memaparkan akses internet ini juga dapat memungkinkan terjadinya pemantauan kesehatan yang terpadu. Pasalnya, data tentang pemantauan penyakit sebenarnya terhubung dengan data lain, misalnya data pemantauan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan BMKG, misalnya, pernah membuat pemantauan tren data cuaca untuk melihat pengaruhnya terhadap berkembangnya populasi nyamuk. Oleh karenanya, Grace mendorong koordinasi dan integrasi data antar institusi seperti ini agar upaya antisipasi wabah penyakit berjalan lebih baik.

Baca Juga

Elon Musk: Pengacak Sinyal Rusia Ganggu Layanan Internet Starlink

Starlink Masuk Indonesia, Ini Dampak Positif yang Bakal Terjadi di Indonesia

Starlink Beroperasi di Indonesia, Pakar Ingatkan Pemerintah soal Resiko yang Bisa Muncul

Sementara itu, peneliti Data & Democracy Research Hub Arif Perdana mengatakan bahwa Starlink memiliki potensi besar namun harus dikelola dengan baik dan dikawal oleh pemerintah agar patuh dengan regulasi terkait perlindungan data.

Arif menilai data masyarakat yang dimiliki Starlink tidak akan mudah diakses baik oleh pihak asing maupun dimanfaatkan oleh organisasi anti pemerintah karena ada aturan di Indonesia yang harus dipatuhi oleh penyedia layanan internet berbasis satelit itu.

“Misalnya, perangkat telekomunikasi dari Starlink harus mendapatkan e-sertifikasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika terlebih dahulu,” kata Arif yang juga seorang Associate Professor pada program Data Science.

Tahun ini, pemerintah sedang membangun Pusat Data Nasional di Cikarang, Jawa Barat yang rencananya akan rampung pada Oktober 2024. Masuknya Starlink yang memberikan layanan internet lebih baik di Indonesia disebut dapat membantu pemerintah dalam upaya mensinergikan data, utamanya data kesehatan.

Arif mengatakan masuknya Starlink ini dapat memungkinkan akses lebih luas ke Pusat Data Nasional, memastikan kontinuitas layanan saat jaringan utama terganggu, dan memungkinkan pengumpulan serta transmisi data real-time dari berbagai lokasi terpencil ke Pusat Data Nasional.

Co-director Data & Democracy Research Hub Ika Idris mengingatkan bahwa kerja sama swasta dan pemerintah dalam memberikan layanan publik harus berpusat pada kepentingan publik, termasuk untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Dia menyebutkan salah satu masalah yang seringkali terjadi pada implementasi pelayanan publik adalah masalah operasional utamanya kemampuan digital yang cukup dan kesadaran menegakkan etika digital dalam menjaga privasi publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ibadah Haji 2024, DPR Segera Bentuk Pansus untuk Evaluasi

News
| Senin, 17 Juni 2024, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Mantap, Hidupkan Laguna Pengklik, Pemuda di Srigading Bikin Wisata Kano

Wisata
| Minggu, 16 Juni 2024, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement