Advertisement
Penjelasan Ilmuwan Tentang Durasi Waktu dalam Sehari Jadi Lebih Panjang

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Para ilmuwan melaporkan bahwa durasi waktu dalam satu hari menjadi lebih panjang. Temuan ini diprediksi karena efek perubahan iklim.
Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh Profesor Adam Scaife dari Universitas Exeter, telah menggunakan pemodelan matematika mutakhir untuk menunjukkan bagaimana fluktuasi panjang hari menjadi lebih panjang dibandingkan setahun yang lalu.
Advertisement
Tim menyarankan peramalan jangka panjang ini juga berasal dari sumber atmosfer baru untuk prediktabilitas jangka panjang cuaca dan perubahan iklim. Yang terpenting, penelitian menunjukkan hubungan definitif antara geodesi - atau secara akurat mengukur dan memahami bentuk, ukuran, orientasi dan gravitasi di Bumi dan prediksi iklim.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal terkemuka Nature Geoscience pada Senin, 3 Oktober 2022. Profesor Scaife, seorang ahli iklim dari departemen Matematika Universitas Exeter mengatakan meskipun perubahan panjang hari kecil, perubahan itu penting untuk aplikasi yang membutuhkan pengukuran waktu yang sangat akurat seperti GPS. Momentum sudut telah lama diketahui memainkan peran mendasar dalam struktur dan variabilitas atmosfer bumi.
BACA JUGA: Daftar Fenomena Langit Sepanjang Oktober 2022: Hujan Meteor dan Gerhana Matahari
Saat Bumi berputar di sekitar porosnya, massa dan rotasi keseluruhannya tampak seperti rotasi yang stabil. Namun, perubahan angin permukaan dan perubahan pola tekanan tinggi dan rendah dapat mengubah ini dan jika atmosfer bertambah cepat karena angin yang lebih kuat, rotasi bumi akibatnya melambat, menyebabkan durasi panjang hari meningkat.
Namun, sampai sekarang prediktabilitas jangka panjang dari fluktuasi panjang hari ini tidak diketahui. Studi baru menunjukkan bahwa fluktuasi momentum sudut atmosfer dan panjang hari dapat diprediksi hingga lebih dari satu tahun ke depan dan bahwa perubahan atmosfer memiliki pengaruh penting pada cuaca dan iklim regional.
Menggunakan berbagai prakiraan dari model iklim dinamis, para ilmuwan mampu memprediksi sinyal di atmosfer yang menyebar perlahan dan koheren menuju kutub.
Sinyal-sinyal ini mendahului perubahan iklim ekstratropis melalui Osilasi Atlantik Utara dan aliran jet ekstratropis. Temuan baru ini menunjukkan sumber prediktabilitas jangka panjang dari dalam atmosfer yang akan membantu kita memahami dan memprediksi cuaca dan iklim dengan lebih baik.
BACA JUGA: Aset Rp10,4 Triliun Xiaomi Disita India, Ini Tanggapannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Sertipikat Elektronik Diterapkan Bertahap, Sertipikat Tanah Lama Tetap Berlaku
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Serangan Hama Tikus Merusak 8 Hektare Sawah di Trirenggo Bantul
- Mulai Hari Ini! Pesan Tiket KA Jarak Jauh dan Lokal Bisa 30 Menit dan 10 Menit Sebelum Berangkat
- Pemanfaatan Tanah Kas Desa Tanpa Izin Terjadi di 3 Padukuhan Condongcatur, Diduga Gunakan Kekancingan Palsu
- Biaya Operasional Melaut Masih Tinggi, Pelabuhan Sadeng Gunungkidul Butuh SPBU Khusus Nelayan
- Jadi Palang Merah Tertua, Sejarah PMI Jogja Akan Dibukukan
Advertisement
Advertisement