Advertisement
Teknologi Inklusif Mudah Diserap Masyarakat dengan Budaya Digital
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Teknologi yang inklusif dianggap dapat lebih mudah tercapai dan diserap oleh masyarakat yang memiliki kesiapan pada sisi budaya, yakni digital ethics dan digital culture.
"Inovasi teknologi memiliki 'seleksi alamnya' sendiri. Seperti pilar literasi digital, ada yang namanya digital ethics dan digital culture, bagaimana inovasi teknologi itu akan langgeng di sebuah negara adalah yang sesuai dengan budaya masyarakat setempat," kata Secretary Executive of Research and Partnership Centre for Digital Society (CfDS) UGM Anisa Pratita Kirana Mantovani dikutip dari Antara, Kamis (20/10/2022).
Advertisement
Lebih lanjut, Pratita mengatakan banyak hal yang mempengaruhi kesiapan adopsi teknologi baru di masyarakat. Misalnya dari kemampuan sosial dan ekonomi masyarakat, hingga bagaimana pemerintah yang mampu memayungi berbagai regulasi terkait inovasi teknologi tersebut.
"Hal ini diharapkan mampu membuat adopsi teknologi itu lebih berdaya dan bisa dimanfaatkan untuk diadopsi sesuai kebutuhan mereka. Kami tentu mendorong dan memfasilitasi [adopsi inovasi teknologi] itu, tapi pada akhirnya, hal itu juga akan ada seleksinya sendiri," ujar dia.
Salah satu inovasi teknologi yang hangat diperbincangkan adalah kehadiran Metaverse, yang merupakan sebuah dunia komunitas virtual tanpa akhir yang saling terhubung yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Meta.
Pratita menilai perkembangan Metaverse adalah sebagai komunitas virtual yang menjadi wadah masyarakat untuk berinteraksi dan beraktivitas bersama.
Perkembangan teknologi yang menggabungkan dunia nyata dan virtual tersebut, lanjut dia, perlu didukung dengan peningkatan kapasitas literasi digital masyarakat agar semakin siap dalam mengadopsi Metaverse di kehidupan sehari-hari.
"Untuk memanfaatkan teknologi seperti itu, kami melihat bahwa peningkatan kapasitas literasi digital menjadi penting, sehingga dapat ada ruang digital yang aman dan nyaman untuk dimanfaatkan, dan harapannya teknologi tersebut bisa memberdayakan masyarakat secara ekonomi dan sosial," ujar Pratita.
Selain memiliki kemampuan digital dalam pengoperasian dan pemanfaatan gawai dan internet, Pratita berpendapat masyarakat Indonesia juga perlu memiliki kemampuan lain (soft skill) lain seperti berpikir kritis (critical thinking).
"Ketika technology never stops, yang bisa kita lakukan adalah membekali masyarakat agar bisa beradaptasi dengan teknologi yang berkembang, namun juga harus kritis [dalam menerima inovasi teknologi]," kata dia.
"Sehingga, tidak hanya hype soal teknologi barunya, tapi juga mampu berpikir kritis dalam memanfaatkan dengan baik teknologi tersebut agar tidak salah guna," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
- Garuda Selangkah Lagi Menuju Paris, Ini Fakta tentang Olimpiade Melbourne 1956
- Satu Kemenangan Lagi menuju Olimpiade Paris, STY: Percayai Saya, Ikuti Saya!
- Koalisi Berkah Pecah, Hari Wuryanto Bakal Maju sebagai Calon Bupati Madiun 2024
- Garuda Muda Wajib Waspada, 3 Pemain Uzbekistan Bermain di Prancis dan Rusia
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Rute, Tarif dan Jalur Bus Trans Jogja, Yuk Cek di Sini
- Jadwal Pemadaman Jaringan Listrik di Kota Jogja Hari Ini, Cek Lokasi Terdampak di Sini
- Jadwal Bus Damri Hari Ini, Cek Lokasi dan Tarifnya di Jogja
- Top 7 News Harianjogja.com, Jumat 26 April 2024 dari soal Sampah hingga Gugatan ke KPU
- Waspadai Potensi Hujan Lebat dan Petir Siang Ini di Jogja dan Sekitarnya
Advertisement
Advertisement