Advertisement
Menyiram Sawah Padi Pakai Drone, Lebih Cepat dan Murah
Advertisement
Harianjogja.com, NGAWI—Menyiram tanaman padi di sawah bisa semakin cepat dan murah dengan menggunakan drone. Metode ini dikembangkan perusahaan teknologi pertanian Agri Sparta di berbagai daerah, termasuk di Guyung, Gerih, Ngawi, Jawa Timur.
Operator drone dari Agri Sparta, Aris Hendrayana, mengatakan dalam sekali terbang, drone bisa membawa pupuk cair sebanyak 40 liter. Dalam menyemprotkan pupuk tersebut, membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit untuk satu hektar. Dalam satu hektar, perkiraan kebutuhan pupuk cair sebanyak 100 liter.
Advertisement
Tidak hanya berupa pupuk cair, drone ini juga bisa menyebarkan pupuk berbentuk granul. Untuk pupuk jenis ini, sekali terbang bisa membawa 50 kilogram. Pupuk yang berjenis butiran seperti urea juga memungkinkan penyebarannya menggunakan drone.
“Sebelumnya dibuat dulu jalur terbangnya, bisa di-setting per hektare. Mau semprot [mode] kenceng atau kabutan disesuaikan di aplikasinya. Model drone ini lebih efektif [secara waktu] dan merata [secara penyemprotan]. Ada sensor yang membuat penyemprotan tidak berulang di satu titik,” kata Aris di sela-sela penyiraman padi di Guyung, Gerih, Ngawi, Jawa Timur, Rabu (1/11/2023).
Adapun harga satu unit drone untuk pertanian ini sekitar Rp250 juta. Lantaran harga yang tinggi, petani bisa menyewa atau bermitra dengan Agri Sparta. Untuk menyebarkan pupuk cair seluas satu hektar, biayanya sekitar Rp200.000. Sementara untuk pupuk granul dengan luasan yang sama, harganya sekitarnya Rp250.000.
“Misal satu hektar terdiri dari beberapa petani, bisa iuran. Secara perhitungan lebih hemat dari tenaga manusia. Estimasinya tiga kali lebih rendah biayanya,” kata Aris, yang juga tergabung dalam Asosiasi Pilot Drone Indonesia.
Pemakaian drone oleh Agri Sparta dilakukan di area uji coba padi Gadjah Mada Gogo Rancah (Gamagora) 7 dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja. Ketua Tim Peneliti dari Fakultas Pertanian UGM, Taryono, mengatakan penggunaan drone ke depan tidak hanya untuk proses penyiraman. Namun bisa semakin berkembang sebagai alat untuk menanam atau menabur benih padi. “Bisa diuji coba tebar benih di atas lahan, model tabela atau tanam benih langsung, nyoba nyebar pakai drone,” katanya.
Saat ini, UGM sedang uji coba komersialisasi varietas padi Gamagora, bekerja sama dengan Agri Sparta di Ngawi. Selain di Ngawi, uji coba Gamagora juga menyasar Jawa Tengah, seperti di Wonogiri, Pati, Cepu, Banyumas, sampai Boyolali. Akan segera menyusul daerah lain seperti Kediri dan Bali. Penanaman uji coba komersialisasi di semua daerah tidak serentak, tetapi berkala.
BACA JUGA: Arto Mart Pakis Siap Suplai Alat Pertanian 24 Jam
Untuk daerah yang padinya sudah panen, dalam satu hektar lahan bisa menghasilkan setidaknya 10 ton gabah kering. Berbeda dengan varietas lain yang hasil panennya sekitar 7,2 sampai 8 ton. Produktivitas Gamagora bisa lebih tinggi sekitar 1,5 ton.
“Anakan [tanaman padinya juga] serempak tumbuhnya. Artinya pada saat malai padi semua keluar, berbunga, akan serempat prosesnya, [ini berdampak pada] kenampakan berasnya juga, jadi lebih bagus,” kata Taryono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Turun dari Tahun Lalu, Biaya Haji 2025 Ditetapkan Rp55,43 Juta
Advertisement
Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Puncak Musim Hujan, BPBD Sleman Siapkan Stok 100 Paket Bantuan Makanan
- Debit Air Naik, Wisata Gua Pindul dan Kali Suci Ditutup Sementara
- Imbas PMK, Harga Sapi Turun, Pasar Hewan di Gunungkidul Sepi
- Harusnya Dimulai Besok, Pemkot Jogja Belum Terima Informasi Soal Makan Bergizi Gratis
- Jadwal Penetapan Bupati-Wakil Bupati Sleman Terpilih, Begini Penjelasan KPU
Advertisement
Advertisement