Advertisement

Gerhana Bulan Total Dinamai pula dengan Blood Moon, Begini Penjelasannya...

ST22
Senin, 07 November 2022 - 20:47 WIB
Arief Junianto
Gerhana Bulan Total Dinamai pula dengan Blood Moon, Begini Penjelasannya... Ilustrasi. - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA — Fenomena gerhana tahun ini sudah berlangsung sebanyak empat kali, yakni pada 15 Mei; dua kali gerhana Matahari pada 30 April dan 25 Oktober lalu. Kini Gerhana Bulan Total akan terjadi pada besok Selasa (8/11/2022) mulai sekitar pukul 15.00 WIB.

Fenomena gerhana Bulan terbagi atas tiga jenis yakni gerhana total, parsial atau penumbra. Gerhana total terjadi ketika bayangan bumi menutupi bulan sepenuhnya.

Advertisement

Gerhana perusal adalah saat bayangan Bumi menutupi sebagian bulan saja. Sedangkan, gerhana penumbra melibatkan bayangan luar bumi yang lebih terang menutupi bulan, gerhana penumbra merupakan jenis gerhana yang jarang diperhatikan bagi pengamat langit biasa.

BACA JUGA: XL Axiata Raih Kinerja Solid, Kualitas Jaringan Dorong Pertumbuhan Pendapatan

Gerhana Bulan total besok masyarakat dapat melihat gerhana parsial di kedua sisi. Gerhana yang akan terjadi besok dikenal sebagai Blood Moon karena saat gerhana total terjadi bulan akan tampak berwarna merah menyerupai darah.

Setiap harinya sinar Matahari melewati atmosfer bumi menyebabkan warna biru di langit, sinar tersebut juga memancarkan corak kuning-merah di langit pada saat sebelum terbit dan setelah terbenam matahari.

Dalam Hamburan Rayleigh menjelaskan cahaya bergerak dalam gelombang serta warna cahaya yang berbeda dimana setiap warna cahaya memiliki sifat fisik yang berbeda pula.  

Cahaya biru memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dan lebih mudah dihamburkan oleh partikel di atmosfer bumi ketimbang cahaya merah yang memiliki panjang gelombang lebih panjang.

Fenomena ituah yang membuat langit biru saat siang hari dan langit merah saat matahari terbenam pancaran sinar itulah yang membuat Bulan menjadi merah selama gerhana bulan.

Kepekatan warna merah selama gerhana bulan, bergantung pada kondisi cuaca dan jumlah debu yang melayang di udara atau atmosfer Bumi. Semakin cerah cuaca di Bumi maka akan semakin cerah pula cahaya yang terpancar saat gerhana Bulan.

Namun, sebaliknya, gerhana bulan akan tampak gelap jika terjadi letusan gunung berapi partikel yang mencapai stratosfer seperti yang terjadi pada 1992 saat gunung berapi Pinatubo di Filipina meletus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kunjungi Mabes TNI, Menhan Sjafrie Ingatkan Jiwa Korsa

News
| Rabu, 30 Oktober 2024, 07:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Makanan Ramah Vegan

Wisata
| Minggu, 27 Oktober 2024, 08:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement