Advertisement

Pusat Data AI Satelit Google Terancam Padatnya Sampah Antariksa

Desyinta Nuraini
Jum'at, 26 Desember 2025 - 13:37 WIB
Jumali
Pusat Data AI Satelit Google Terancam Padatnya Sampah Antariksa Kantor Google - ist - techcrunch

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Rencana Google mengoperasikan pusat data kecerdasan buatan berbasis satelit di orbit rendah Bumi menghadapi tantangan besar akibat meningkatnya kepadatan sampah antariksa yang berisiko memicu tabrakan.

Ilmuan Antariksa dari Michigan State University, Mojtaba Akhavan-Tafti menyampaikan, orbit rendah Bumi (low Earth orbit/LEO), terutama orbit sinkron matahari yang diincar Google, merupakan salah satu jalur lalu lintas satelit paling padat saat ini.

Advertisement

Ribuan objek buatan manusia, mulai dari satelit aktif, satelit mati, hingga fragmen kecil, kini mengelilingi Bumi dengan kecepatan sekitar 28.000 km/jam. Dampaknya yang terjadinya adalah konjungsi dekat atau tabrakan antar satelit.

“Objek di orbit ini paling mungkin bertabrakan dengan satelit lain atau puing-puing antariksa,” ujarnya, dikutip dari Space, Jumat (26/12/2025).

Dalam proposal yang dikenal sebagai Project Suncatcher, Google berencana meluncurkan konstelasi 81 satelit dengan panel surya, yang saling terhubung ke orbit rendah bumi. Mereka berencana menggunakan konstelasi tersebut untuk memanfaatkan sinar matahari guna memberi daya pada pusat data AI di luar angkasa.

Jadi, konstelasi tersebut akan mengirimkan data kembali ke Bumi. Google bermitra dengan sebuah perusahaan antariksa untuk meluncurkan dua prototipe satelit pada awal 2027 guna memvalidasi perangkat keras tersebut.


Mojtaba menerangkan, meskipun ruang hampa, terbang dalam formasi di LEO merupakan pertarungan melawan hukum fisika. Atmosfer di orbit Bumi rendah memang sangat tipis, tetapi bukan berarti kosong.

Lingkungan LEO katanya masih mengandung partikel udara dalam jumlah kecil yang menciptakan hambatan orbital dan berpotensi mengganggu stabilitas satelit. Hambatan ini bekerja sebagai gaya perlambatan yang secara bertahap menurunkan ketinggian satelit.

Dampaknya kian signifikan pada satelit dengan luas permukaan besar karena interaksi dengan partikel udara menyerupai layar yang menangkap angin. Kondisi tersebut memaksa operator melakukan manuver koreksi orbit secara berkala, yang pada akhirnya meningkatkan konsumsi bahan bakar dan memperpendek usia operasional satelit.

Kompleksitas pengelolaan orbit turut diperbesar oleh dinamika cuaca antariksa. Aktivitas Matahari, termasuk aliran partikel bermuatan dan perubahan medan magnet, dapat memicu fluktuasi kepadatan partikel udara di orbit rendah. Perubahan ini sulit diprediksi dan secara langsung memengaruhi tingkat hambatan yang dialami satelit, sehingga meningkatkan ketidakpastian operasional.

Risiko menjadi semakin tinggi ketika satelit dioperasikan dalam jarak sangat dekat, yakni kurang dari 200 meter. Pada konfigurasi tersebut, ruang toleransi kesalahan praktis menghilang. Satu insiden tabrakan tidak hanya berpotensi menghancurkan satu unit, tetapi juga dapat memicu efek berantai yang menyeret satelit lain di sekitarnya.

“Memicu efek domino yang dapat menghancurkan seluruh gugusan satelit dan secara acak menyebarkan jutaan puing baru ke orbit yang sudah penuh dengan bahaya,” jelas Mojtaba.

Untuk mencegah tabrakan beruntun ini, perusahaan satelit sebaiknya merancang satelit yang sesuai standar seperti tidak mudah hancur, melepaskan puing-puing, membahayakan satelit lain, dan dapat dikeluarkan dari orbit dengan aman. Untuk konstelasi yang padat dan rumit seperti Suncatcher, Google memerlukan perlengkapan satelit dengan refleks yang secara otomatis mendeteksi dan menghindari medan puing.

“Desain Suncatcher saat ini tidak mencakup kemampuan penghindaran aktif ini,” tegas Motjaba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Residivis Curi Kabel Pompa di Ngawi, Nyaris Diamuk Warga

Residivis Curi Kabel Pompa di Ngawi, Nyaris Diamuk Warga

News
| Jum'at, 26 Desember 2025, 16:17 WIB

Advertisement

Menikmati Senja Tenang di Pantai Kerandangan Senggigi Lombok Barat

Menikmati Senja Tenang di Pantai Kerandangan Senggigi Lombok Barat

Wisata
| Kamis, 25 Desember 2025, 22:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement