Advertisement
Desain Xenia Keluaran Terbaru Sempat Bikin Astra Tidak Pede
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — PT Astra Daihatsu Motor (ADM) resmi merilis Xenia generasi ketiga di GIIAS 2021, Kamis, (11/11/2021). LMPV kembaran Avanza ini mendapatkan transformasi total dari segala aspek setelah hadir belasan tahun di Indonesia tanpa perubahan berarti.
Salah satu transformasi besar pada Daihatsu Xenia adalah dari segi desain. All New Xenia hadir dengan desain bodi yang tegas, kabin yang lega serta sudah dibuat lapang karena jok belakang bisa diatur fleksibel berkat hadirnya pengaturan kursi dan rel sliding jok yang panjang.
Advertisement
Regional Chief Engineer Daihatsu Motor Corporation Meddy Hamdhani mengatakan bahwa proses pembuatan Xenia terbaru telah dimulai sejak 2018.
Dia menceritakan bahwa sejak awal 2018, timnya melakukan studi pasar. Hasilnya, mereka bawa ke Jepang untuk mengembangkan Xenia baru bersama-sama prinsipal.
“Kalau ngomongin proposal kami punya dari A sampai F," kata dia.
Menurut Division Head Marketing & Customer Relation PT Astra International – Daihatsu Sales Operation (AI-DSO) Hendrayadi Lastiyoso desain awal Xenia baru membuat Daihatsu tidak percaya diri. “Jadi AI-DSO waktu itu ikut ke Jepang. Waktu pertama kali saya lihat, desain awal ya, bukan yang ini. Waduh saya bilang, kalau modelnya seperti ini sulit bagi AI-DSO untuk menjualnya, enggak pede,” kata Hendrayadi.
Menurut Hendrayadi, antara sketsa A-F, desain Xenia saat ini adalah yang terbaik. Dia optimistis dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. "Kalau dari A-F, saya sempat lihat sketsa sebelumnya, dan inilah yang terbaik,” katanya.
Adapun All New Xenia dijual dengan harga mulai dari Rp190,9 juta. Mobil ini memiliki 12 tipe dengan harga tertinggi Rp242 juta.
AI-DSO optimistis pnejualan Xenia baru akan mampu tembus 2.000–2.500 unit per bulan. "Saya yakin ini antara 2.000 sampai 2.500 unit ini rasanya bisa," kata Hendayadi.
Hendrayadi mengakui bahwa pada bulan-bulan terakhir, penjualan Daihatsu Xenia mengalami penurunan hingga di bawah 1.000 unit per bulan. Hal itu, kata dia, terjadi tidak semata-mata karena permintaan yang rendah, tetapi juga karena gangguan suplai pada proses produksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Tol Jogja-Solo Beroperasi Gratis untuk Mudik Lebaran 2024, Ini Ketentuan Mobil Melintas dan Pintu Keluar Masuknya
- Farmasi UAD Kembali Giatkan Sekolah Lansia Segar Guna Tingkatkan Kesehatan Lansia di Wirobrajan
- Stok Darah dan Layanan Donor Darah di PMI Kabupaten & Kota di DIY, Kamis 28 Maret 2024
- Baznas Jogja Buka Booth di Pusat Keramaian, Permudah Masyarakat Bayar Zakat
- KAI Daop 6 Turunkan Paksa 11 Penumpang yang Nekat Merokok dalam Kereta
Advertisement
Advertisement