Peneliti Ciptakan Alat Pengambil Sampel Darah Terinspirasi dari Lintah
Advertisement
Harianjogja.com, ZURICH—Lintah mungkin menyeramkan, tetapi banyak orang menganggap jarum suntik lebih menyeramkan. Itulah salah satu alasan mengapa para ilmuwan mengembangkan alat pengumpul darah baru yang terinspirasi dari lintah, yang dapat mengambil sampel darah tanpa memerlukan suntikan besar.
Selain tidak menyukai rasa sakit yang ditimbulkannya, banyak orang terutama anak-anak pada umumnya merasa tidak nyaman dengan gagasan ada jarum yang ditusukkan ke kulit mereka. Terlebih lagi, jarum suntik bekas menimbulkan risiko kesehatan bagi dokter yang mungkin secara tidak sengaja menusuk dirinya sendiri ketika menangani benda tersebut.
Advertisement
Dengan pertimbangan tersebut, para peneliti di universitas ETH Zurich di Swiss baru-baru ini mengamati lintah yang bersifat sanguivora, yakni penghisap darah inang seperti darah manusia.
BACA JUGA: Cara Atasi Sinyal Wifi di Rumah Lemot Jadi Lebih Cepat
Makhluk-makhluk ini menempel pada kulit hewan inangnya melalui mulutnya yang berbentuk mangkuk pengisap, menembus kulit tersebut dengan gigi tajam di dalam mulutnya, lalu menelan untuk menciptakan tekanan negatif yang mengeluarkan darah. Mereka juga memiliki antikoagulan alami dalam air liurnya, untuk menjaga aliran darah.
Dilansir dari Newatlas, peneliti di ETH Zurich menciptakan perangkat yang terinspirasi dari lintah ini berbentuk mangkuk pengisap silikon kecil. Sebuah makalah tentang penelitian tersebut, yang dipimpin oleh mahasiswa pascadoktoral Nicole Zoratto, baru-baru ini diterbitkan di jurnal Advanced Science. Cara penggunaannya sederhana, alat itu ditempelkan pada kulit lengan atas, dikompres, lalu dibiarkan melakukan tugasnya.
Alih-alih memiliki gigi di dalamnya, alat pengambil sampel darah ini berisi rangkaian mikroneedel baja tahan karat sepanjang 2 mm yang melingkar tanpa rasa sakit menembus lapisan atas kulit. Saat cangkir yang dikompres kembali ke bentuk aslinya, hal ini menciptakan tekanan internal negatif yang menyedot darah keluar dari pembuluh darah kapiler kulit. Darah tersebut dikumpulkan dalam reservoir terintegrasi yang juga mengandung antikoagulan untuk memastikan sampel tetap dalam keadaan cair.
Setelah perangkat sekali pakai dikeluarkan dari kulitnya, penutup yang disertakan ditempatkan di ujung terbukanya, sehingga isinya tertutup rapat. Adaptor seperti pipet kemudian memungkinkannya digunakan dengan alat analisis darah atau peralatan laboratorium lainnya yang ada. Perlu dicatat bahwa cangkir tidak dapat mengeluarkan darah sebanyak jarum, tetapi masih cukup untuk berbagai macam tes.
BACA JUGA: Hibah 3 Bus Listrik di UGM untuk Tekan Emisi Karbon di Kampus
Yang terpenting, karena jarum mikro tersembunyi di dalam perangkat, risiko tusukan jari secara tidak sengaja sangat kecil. Teknologi ini juga diklaim lebih murah dibandingkan jarum suntik tradisional, dan memerlukan lebih sedikit pelatihan. Oleh karena itu teknologi ini sangat cocok untuk digunakan di klinik dengan sumber daya terbatas, seperti di negara-negara berkembang. Versi yang benar-benar biodegradable sedang dalam pengerjaan.
Para peneliti sekarang mencari mitra untuk membantu mengembangkan lebih lanjut perangkat tersebut, yang telah berhasil diuji pada anak babi. Faktanya, perangkat ini dibuat berdasarkan alat pengisap lain yang dikembangkan oleh beberapa ilmuwan yang sama, yang memungkinkan obat-obatan tertentu dioleskan melalui lapisan dalam pipi, bukan melalui suntikan hipodermik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Newatlas
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ada 488 PNS Pensiun di Tahun Ini, Begini Harapan PJs Bupati Sleman
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Kamis 21 November 2024, Naik dari Stasiun Tugu hingga Palur
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Kamis 21 November 2024, Berangkat dari Stasiun Palur, Jebres dan Solo Balapan
- Jadwal Kereta Bandara YIA, Berangkat dari Stasiun Tugu Jogja, Kamis 21 November 2024
- Diskriminasi Masih Marak, Jurnalis Perlu Mengadvokasi Kelompok Minoritas
Advertisement
Advertisement