Advertisement

Promo November

Kecerdasan Buatan Dapat Keluarkan Indonesia dari Middle Income Trap

Rika Anggraeni
Selasa, 04 Juni 2024 - 20:07 WIB
Mediani Dyah Natalia
Kecerdasan Buatan Dapat Keluarkan Indonesia dari Middle Income Trap Ilustrasi Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyampaikan transformasi digital, utamanya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dapat membawa Indonesia keluar dari middle income trap menuju Indonesia Emas.

“Teknologi yang harus dioptimalkan untuk mendorong transformasi digital adalah AI,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi dalam acara Google AI untuk Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Senin (3/6/2024).

Advertisement

Menurut survei global yang dilakukan McKinsey & Company (2023), Budi menuturkan bahwa sebanyak 79% masyarakat telah terekpos dengan AI generatif dalam kesehariannya. Sementara itu, laporan dari Stanford University AI Index Report (2024) menunjukkan bahwa sebanyak 55% perusahaan global juga telah menggunakan AI pada bisnis mereka, mulai dari layanan kesehatan, manufaktur, pertanian, ataupun pendidikan.

Budi menyebut bahwa tingginya potensi AI juga dapat dilihat dari kontribusi pada produk domestik bruto (PDB) global yang diprediksi akan mencapai US$13 triliun di tahun 2030, di mana US$1 triliun akan dikuasai oleh ASEAN di tahun 2030. Di sisi lain, Indonesia diestimasi akan berkontribusi AI pada PDB sebanyak US$366 miliar pada 2030. “Indonesia berada pada peringkat keempat dalam indeks kesiapan integrasi AI pada layanan AI, menurut Oxford Insight 2023. Jadi lumayan juga kesiapan kita [terhadap AI],” ujarnya.

Di sisi lain, Budi menyoroti bahwa pesatnya perkembangan AI juga akan menggeser kebutuhan kemampuan dan jenis pekerjaan. Hal ini terlihat dari proyeksi hilangnya 83 juta pekerjaan dan kemunculan 69 juta pekerjaan baru, imbas dari AI dan machine learning serta kebutuhan literasi teknologi yang kian krusial. “Oleh karenanya penting untuk membangun keterampilan AI dan kemampuan berpikir kritis baik melalui pelatihan keterampilan maupun platform pembelajaran online, workshop, dan kolaborasi antara lembaga pendidikan dan industri,” sebutnya.

Peluang Indonesia

Pada kesempatan yang sama, perusahaan teknologi, Google Indonesia melihat bahwa Indonesia memiliki peluang yang besar untuk memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Kecerdasan buatan (AI). Terlebih, Indonesia diperkirakan dapat meningkatkan keuntungan ekonomi dengan penggunaan AI.

Direktur Urusan Pemerintahan dan Kebijakan Publik Google Indonesia Putri Alam mengatakan bahwa penggunaan AI akan meningkatkan manfaat ekonomi bagi Indonesia sebesar Rp2.612 triliun (US$167 miliar) pada 2030. Demikian merujuk laporan Economic Impact Report. “Angka itu setara dengan 13% PDB Indonesia pada 2022,” kata Putri di Jakarta, Senin (3/6/2024).

Baca Juga

Kemendikbud: Guru dan Dosen Perlu Integrasikan AI di Pembelajaran

RI Cari Peluang Kerja Sama untuk Transformasi Digital dan AI dengan Pemerintah China

Bank Indonesia Gunakan AI untuk Pengawasan Transaksi

Meski demikian, Putri menyampaikan bahwa realisasi potensi AI akan bergantung pada keputusan yang diambil saat ini. Menurut Google, Indonesia berada dalam posisi yang diuntungkan untuk memanfaatkan potensi AI. Hal ini mengingat potensi penggunaan AI di Indonesia sangat luas, mulai dari menangani tantangan kesehatan masyarakat, meningkatkan standar hidup, dan meningkatkan pertumbuhan produktivitas.

Menurut Google Indonesia, terdapat tiga faktor pendukung yang perlu disiapkan agar penggunaan AI dapat membuka peluang untuk Indonesia. Pertama, investasi dalam infrastruktur inovasi. Kedua, membangun tenaga kerja yang siap AI. Serta yang ketiga, mendorong implementasi AI yang inklusif dan mudah diakses.

Merujuk data Analysis Mason Study (2022), investasi infrastruktur jaringan Google akan mendorong tambahan PDB kumulatif sebesar US$94 miliar antara 2022 dan 2026.

Berikut adalah peluang penggunaan AI di Indonesia:

1. Kesehatan

Google melihat bahwa teknolog AI memiliki potensi untuk mendorong transformasi layanan kesehatan dan layanan medis dengan memberdayakan tenaga kesehatan profesional untuk pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat dengan berbasiskan data. Di samping itu, AI juga dapat membantu penyedia layanan kesehatan untuk memberikan layanan yang lebih personal, dapat diakses dengan mudah, dan efektif.

2. Pendidikan

Selain kesehatan, AI juga memiliki potensi besar dalam menyelesaikan permasalahan kesenjangan dan kualitas pendidikan di Indonesia. Penggunaan AI ini penting dilakukan untuk menjembatani kesenjangan pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan.

Data dari Goodstat 2023 menunjukkan sebanyak 49% penduduk perkotaan Indonesia berusia 15 tahun ke atas telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk pedesaan yang hanya 28%.

“Solusi dalam mengatasi kesenjangan ini dapat dimulai dengan memberdayakan pendidik dan peserta didik dengan media yang tepat untuk mendukung penggunaan teknologi digital dan KA dalam kegiatan belajar mengajar,” demikian yang dikutip dari Google AI Whitepaper, Selasa (4/6/2024).

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Di samping itu, Google melihat bahwa industri ritel dalam pengoperasiannya juga mengandalkan analisis data untuk pemahaman dan optimalisasi operasional bisnis melalui analisis perilaku konsumen, pengeluaran, stok, penjualan, dan lainnya. Penggunaan AI telah mengubah pengelolaan dan pemanfaatan data ritel. “Saat ini AI dapat membantu memprediksi permintaan konsumen, strategi pemasaran, layanan pelanggan, dan operasional pasokan,” ungkapnya.

4. Ekonomi Hijau Teknologi

AI juga berguna dalam hal pemanfaatan ekonomi hijau. Sebut saja kemacetan lalu lintas di Jakarta. Kondisi ini berdampak pada penurunan produktivitas dan peningkatan polusi udara, serta konsentrasi gas rumah kaca yang menurunkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, kerugian ekonomi yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas juga sangat besar.

Parahnya, setiap tahunnya, Jakarta mengalami kerugian sebesar Rp65 triliun akibat kemacetan lalu lintas. Putri menyampaikan bahwa melalui proyek Green Light, Google melakukan penelitian dan memberikan rekomendasi kepada Dinas Perhubungan DKI Jakarta, dalam rangka mengoptimalkan pengaturan waktu lampu lalu lintas serta mengurangi kemacetan, konsumsi bahan bakar, dan emisi kendaraan.

Google menjalankan proyek ini dengan memanfaatkan KA dan tren pergerakan kendaraan di Google Maps untuk memodelkan pola lalu lintas. Adapun pada 2023, rekomendasi rekayasa lampu lalu lintas yang dihasilkan dari proyek Green Light diperkirakan telah menghemat 768 ton CO2.

5. Transformasi Digital

Berikutnya, teknologi AI dapat digunakan untuk berbagai sektor bisnis dan organisasi, mulai dari jasa keuangan, layanan kesehatan, hingga logistik rantai pasok. Kondisi ini telah mengubah cara pengoperasian bisnis industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement