Advertisement

Gunakan Volume untuk Memperbaiki Akurasi Trading Crypto

Newswire
Minggu, 17 Agustus 2025 - 23:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Gunakan Volume untuk Memperbaiki Akurasi Trading Crypto trading crypto.ist - freepick

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Banyak indikator yang bisa kamu gunakan sebelum melakukan trading crypto. Salah satunya melalui volume trading yang dapat kamu gunakan sebagai petunjuk beli atau jual yang tepat. Bahkan dalam prakteknya volume trading bisa kamu gunakan sebagai sinyal konfirmasi.

Dalam sebuah aplikasi crypto tentunya kamu akan disuguhkan grafik harga Bitcoin sekarang, dan beberapa waktu sebelumnya, sehingga bisa kamu gunakan untuk menganalisa dan memprediksi arah pergerakan Bitcoin atau aset crypto lainya.

Advertisement

Begitu juga pada aset crypto lainya seperti Ethereum, pasti muncul pertanyaan 1 ETH berapa rupiah? Dengan mengetahui pergerakan harga maka kamu bisa memprediksinya dan kamu bisa mengkonfirmasi keputusan tersebut melalui volume trading sebagai sinyal beli.

Terdapat beberapa aplikasi crypto yang telah teregulasi di Indonesia, salah satunya Pintu yang menyediakan fitur terlengkap, biaya trading rendah, serta variasi token yang banyak lebih dari 320+ token sehingga cocok untuk investor pemula maupun trader aktif dan professional.

BACA JUGA: Rekomendasi 5 Aplikasi Kripto Terbaik di Dunia

Volume Trading Sebagai Sinyal Awal (Leading Indicator)

Sebagai indikator awal, volume memberi informasi awal tentang pergerakan pasar. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal berjudul “Bitcoin mempool growth and trading volumes” menunjukkan bahwa peningkatan volume trading sering kali menyertai perubahan harga.

Namun, kenaikan volume trading ini tidak selalu diikuti dengan peningkatan harga dan bisa juga diikuti dengan penurunan. Ini menunjukkan bahwa volume bisa menjadi tanda awal adanya tren besar yang akan muncul.

Misalnya, saat aset dalam fase konsolidasi dan tiba-tiba terdapat lonjakan volume tanpa perubahan harga yang berarti, kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh institusi atau whale yang mulai mengumpulkan aset.

Dengan kata lain, lilin kecil bersama volume besar bisa mengindikasikan bahwa uang pintar mulai masuk.

Volume sebagai Konfirmasi (Lagging Indicator)

Sebaliknya, volume sering digunakan sebagai indikator konfirmasi setelah terjadinya breakout. Contohnya, ketika harga menembus level resistance tetapi volume tetap rendah, breakout tersebut berisiko gagal.

Sebaliknya, jika breakout terjadi dengan volume tinggi, hal itu menandakan validitas dan kekuatan tren, sehingga membantu trader dalam mengkonfirmasi sinyal beli. Salah satu cara untuk menggunakannya adalah melalui Volume Moving Average (VMA), yang merupakan rata-rata volume dalam periode tertentu, seperti 20 hari.

VMA ini merata-ratakan volume dari 20 hari terakhir dan menampilkannya sebagai garis pada grafik. Ketika volume berada di atas garis VMA, itu dianggap sebagai konfirmasi; sebaliknya, jika volume trading berada di bawah garis VMA, ini bisa menunjukan kurangnya partisipasi pasar.

Indikator Trading Volume yang Dapat Digunakan untuk Mendeteksi Sinyal Beli yang Valid

On-Balance Volume (OBV)

Indikator On-Balance Volume atau OBV dan hubungannya dengan pergerakan harga. On-Balance Volume atau OBV merupakan indikator volume yang menunjukkan apakah ada aliran uang yang masuk atau keluar.

Cara kerjanya, OBV akan menambahkan volume pada hari di mana harga penutupan lebih tinggi (hari naik), dan mengurangi volume pada hari ketika harga penutupan lebih rendah (hari turun).

Ketika garis OBV terus meninggi, ini menandakan bahwa tekanan beli lebih kuat dibandingkan tekanan jual, yang dapat menjadi tanda adanya tren naik (bullish). Sebaliknya, jika garis OBV menurun, masalah ini menunjukkan bahwa tekanan jual lebih dominan, yang dapat mengindikasikan tren turun (bearish).

Accumulation/Distribution Line (A/D Line)

Garis akumulasi/distribusi (A/D Line) berfungsi untuk mengukur jumlah uang yang masuk dan keluar secara keseluruhan. Indikator ini bekerja dengan mempertimbangkan informasi harga dan volume secara bersamaan, sehingga dapat memberikan informasi mengenai tekanan beli dan jual di balik pergerakan harga.

Ketika garis A/D mengalami kenaikan, itu berarti ada proses akumulasi—di mana pembeli menguasai pasar. Namun, jika garis A/D turun, itu menandakan adanya distribusi—di mana penjual mengambil alih.

Indikator ini membantu para trader menilai apakah pasar sedang mengumpulkan (accumulating) atau melepaskan (distributing), dan ini bisa menjadi pertimbangan untuk menentukan keputusan masuk atau keluar.

Chaikin Money Flow (CMF)

CMF menghitung aliran uang (money flow) dalam rentang waktu tertentu, biasanya selama 21 hari, dengan membandingkan harga penutupan terhadap rentang harian dan volume, lalu memberikan bobot berdasarkan volume.

Jika nilai CMF positif, ini menandakan adanya tekanan beli yang kuat. Sebaliknya, nilai negatif menunjukkan tekanan jual yang lebih kuat.

Volume Moving Average (VMA)

VMA merupakan rata-rata volume selama periode tertentu, seperti dalam 20 hari, yang diilustrasikan sebagai garis pada grafik volume untuk membantu mengidentifikasi tren.

Apabila volume saat ini tetap berada di atas garis VMA, ini menunjukkan minat beli yang tinggi dan dapat mengkonfirmasi tren harga yang menguat. Namun, jika volume berada di bawah garis VMA, ini mengindikasikan lemahnya tekanan beli atau munculnya tekanan jual.

Jadi, Kapan Volume Trading Menjadi Sinyal Beli yang Akurat?

Menggunakan beberapa indikator volume trading yang disebutkan di atas bisa menjadi sinyal beli yang terpercaya, terutama ketika indikator-indikator itu menunjukan arah yang sejalan dengan gerakan harga.

Contohnya, ketika OBV meningkat bersamaan dengan terjadinya breakout harga, atau CMF menunjukkan arus uang positif yang stabil, ini bisa menjadi indikasi kuat bahwa pembeli mulai mendominasi pasar.

Di sisi lain, jika volume meningkat tetapi harga menurun dan A/D Line menunjukkan adanya distribusi, ini bisa menjadi sinyal awal untuk mempersiapkan aksi jual. Namun, keakuratan sinyal baik untuk membeli atau menjual, tidak hanya bergantung pada satu indikator.

Analisis yang efektif memerlukan gabungan antara indikator volume, pola pergerakan harga, zona support dan resistance, serta pemahaman mengenai kondisi pasar saat itu. Dengan pendekatan menyeluruh seperti ini, volume trading dapat menjadi alat yang sangat berharga untuk merumuskan strategi masuk dan keluar yang lebih valid.

Itulah penjelasan terkait volume trading bisa mengkonfirmasi akurasi analisa kamu, sehingga kamu bisa yakin dalam mengambil keputusan apakah aset crypto yang kamu beli akan menguat atau malah sebaliknya, sehingga kamu terhindar dari kesalahan dalam memprediksi.

Karena dalam trading futures memiliki resiko yang besar namun mampu meningkatkan potensi keuntungan berkali lipat, tentunya kamu membutuhkan analisa yang akurat. Dengan menggunakan volume trading maka kamu bisa memastikan akurasi prediksi kamu.

Perlu diingat, semua aktivitas jual beli crypto memiliki resiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat crypto dengan harga yang fluktuatif.

Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Tiga Tewas, Delapan Lainnya Terluka Pada Penembakan Massal di Brooklyn

Tiga Tewas, Delapan Lainnya Terluka Pada Penembakan Massal di Brooklyn

News
| Senin, 18 Agustus 2025, 02:57 WIB

Advertisement

Sagon Wiyoro, Produsen Sagon Legendaris Berusia 70 Tahun

Sagon Wiyoro, Produsen Sagon Legendaris Berusia 70 Tahun

Wisata
| Minggu, 17 Agustus 2025, 19:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement