Advertisement
Beralih Dari Smartphone ke Dumbphone
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kemudahan yang pengguna rasakan dalam penggunaan smartphone seiring dengan kecanduan hingga gangguan mental. Orang-orang yang bosan, atau ingin menghindari dampak buruk smartphone, kini beralih ke dumbphone.
Dua tahun lalu, Will Stults, 29, menghabiskan terlalu banyak waktu di iPhone-nya. Dia banyak menelusuri situs X (sebelumnya Twitter). Sementara teman Stults, Daisy Krigbaum, 25, kecanduan Pinterest dan YouTube, menonton video secara berlebihan di iPhone-nya sebelum tidur. Merasa aktivitas di smartphone sudah terlalu berlebihan, mereka berdua mencoba alat pembatasan Waktu Layar Apple. Namun mereka merasa alat tersebut terlalu mudah untuk dinonaktifkan.
Advertisement
Alhasil, Stults dan Krignaum memilih meninggalkan smartphone dan beralih ke ponsel yang berteknologi lebih rendah. Mereka memakai dumbphone, ponsel yang tidak memiliki fitur tambahan seperti layar beresolusi tinggi, aplikasi, sampai kamera video. Penggunaan dumbphone membuat mereka berdua lebih nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA : Usia Tidak Menjadi Penghalang Bagi Nenek dan Lucia Manfaatkan Antrean Online
Melihat adanya potensi orang sejenis, Stults dan Krignaum, membuka usaha penjualan dumbphone bernama Dumbwireless. “Bulan lalu, Dumbwireless menjual produk senilai lebih dari 70.000 dolar Amerika Serikat, sepuluh kali lebih banyak dibandingkan bulan Maret 2023,” kata Krigbaum, dikutip dari The New Yorker, awal April 2024 lalu. “Beberapa penawaran telepon populer mereka termasuk Light Phone, perangkat e-ink yang hampir tidak memiliki aplikasi, Nokia 2780 yang merupakan ponsel flip tradisional dan Punkt., perangkat Swiss berbentuk kalkulator.”
Minimalisme Digital
Meningkatnya trend penggunaan dumbphone diprediksi adanya kesadaran tentang keselamatan anak di dunia maya. Para orang tua semakin dihadapkan pada bukti bahwa situs-situs seperti Instagram dan TikTok sengaja mencoba memikat anak-anak mereka.
Menurut beberapa penelitian, menggunakan situs-situs tersebut dapat meningkatkan kecemasan remaja dan menurunkan harga diri mereka. Penggunaan ponsel pintar juga berpotensi membuat anak-anak terus-menerus mengakses situs tersebut.
Sementara bagi orang dewasa, peralihan dari smartphone ke dumbphone diduga lantaran adanya kebosanan akan kehidupan digital. Begitu banyak jam setiap harinya untuk melihat layar portable. Terlebih banyak yang menganggap internet tidak lagi menyenangkan.
Masyarakat merasa kurang memiliki pengendalian diri untuk menghentikan beberapa kecanduan. “Sehingga banyak yang mendambakan perangkat yang secara aktif mencegah kita tersedot ke dalamnya. Kondisi ini istilahnya gaya hidup minimalisme digital,” kata penulis The New Yorker, Cal Newport.
Pelarangan Smartphone
Sejumlah sekolah di Amerika Serikat (AS) melarang tenaga pendidik dan muridnya menggunakan smartphone. Sebagai gantinya, mereka bekerja sama dengan perusahaan penyedia dumbphone.
Perusahaan itu bernama Light Phone, yang memulai debutnya pada tahun 2017. Pendiri perusahaan, Kaiwei Tang dan Joe Hollier, telah menjual puluhan ribu ponselnya. Light Phone II dirilis pada tahun 2019, dilengkapi layar sentuh monokrom yang memungkinkan pengguna melakukan panggilan, mengirim pesan teks, dan menggunakan beberapa aplikasi khusus, seperti alarm dan pengatur waktu, kalender, petunjuk arah, catatan, perpustakaan musik, dan podcast.
Tidak ada aplikasi media sosial atau aplikasi streaming. “Intinya adalah untuk menciptakan utilitas yang bermanfaat tanpa memperhatikan perekonomian,” kata Tang.
Light Phone baru-baru ini mengalami lonjakan permintaan. Dari tahun 2022 hingga 2023, pendapatannya meningkat dua kali lipat. Penjualan diprediksi akan meningkat dua kali lipat lagi pada tahun 2024. Light Phone menerima peningkatan permintaan sosialisasi dan permintaan pesanan massal dari gereja, sekolah, dan program setelah sekolah.
Pada bulan September 2022, perusahaan memulai kemitraan dengan sekolah swasta di Williamstown, Massachusetts, AS, untuk menyediakan telepon ringan atau dumbphone kepada anggota staf dan murid-murid. Beberapa sekolah mulai melarang smartphone.
Menurut pihak sekolah, eksperimen ini mempunyai dampak positif terhadap produktivitas kelas dan kehidupan sosial kampus. “Kami sedang berbicara dengan dua puluh hingga dua puluh lima sekolah sekarang,” kata Tang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BMKG: Waspadai Curah Hujan Esktrem di Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Dewa United vs PSS Sleman Starting XI: Duel Penyerang Timnas Hokky Caraka dan Egy Maulana Vikri
- 96 Perusahaan Promosikan Potensi Industri Perfilman di JAFF Market 2024
- Ratusan Unit Rusunawa di DIY Belum Terisi, Ini Daftarnya
- 19.000 Undangan Tak Sampai ke Tangan Pemilih, Bawaslu Minta KPU Bantul Lakukan Evaluasi
- Cara Hidup Hemat dengan UMR Jogja
Advertisement
Advertisement