Advertisement
Koalisi Pax Silica, AS Tantang China di AI dan Mineral
Foto ilustrasi chat menggunakan artificial inteligence atau AI. / Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintahan Amerika Serikat (AS) meluncurkan Deklarasi Pax Silica sebagai fondasi kerja sama global untuk menyaingi China di sektor kecerdasan buatan (AI) dan mineral kritis.
Deklarasi Pax Silica ini melibatkan AS, Israel, Singapura, Australia, Jepang, dan Korea Selatan. Deklarasi tersebut dirancang sebagai dasar untuk kolaborasi riset, manufaktur, dan pembangunan infrastruktur guna menyaingi pengaruh global China, khususnya melalui proyek ambisius Belt and Road Initiative (BRI).
Advertisement
"Saat ini belum ada kelompok negara yang membahas ekonomi AI dan strategi bersaing dengan China dalam bidang ini," kata Wakil Menteri Bidang Ekonomi AS, Jacob Helberg dikutip dari Politico.
Deklarasi Pax Silica mencerminkan kekhawatiran mendalam AS dan sekutunya terhadap investasi masif China di bidang AI dan komputasi kuantum. Investasi ini dinilai dapat memberi China keunggulan kompetitif yang menentukan dalam ekonomi abad ke-21.
BACA JUGA
Helberg menekankan, dengan menyelaraskan pendekatan keamanan ekonomi, negara-negara anggota dapat membendung upaya China mengakuisisi aset-aset strategis seperti pelabuhan, jalan raya utama, serta koridor transportasi dan logistik untuk memperluas pengaruhnya.
Pemerintahan Trump berencana memperluas keanggotaan koalisi ini dengan mengajak lebih banyak sekutu dan mitra yang memiliki sumber daya mineral, kapabilitas teknologi, dan basis manufaktur yang kuat.
Penandatanganan deklarasi menjadi pembuka bagi KTT Pax Silica yang berlangsung selama satu hari. Pertemuan tersebut juga dihadiri perwakilan dari Uni Eropa, Kanada, Belanda, dan Uni Emirat Arab. Agenda KTT membahas kerja sama konkret di bidang manufaktur maju, pemurnian mineral, serta logistik global.
Jacob Helberg menggambarkan ambisi besar dari koalisi baru ini. "Kelompok negara ini akan menjadi bagi era AI seperti halnya G7 bagi era industri," katanya.
Lebih lanjut Helberg menjelaskan, "Deklarasi ini mengikat kita pada sebuah proses untuk bekerja sama dalam penyelarasan kontrol ekspor, penyaringan investasi asing, serta penanganan praktik antidumping, dengan agenda yang sangat proaktif untuk mengamankan titik-titik krusial dalam sistem rantai pasok global."
Pembentukan koalisi ini menandai babak baru dalam persaingan teknologi dan geopolitik antara Blok Barat yang dipimpin AS dengan China, dengan fokus pada penguasaan sumber daya dan teknologi yang menjadi tulang punggung ekonomi digital masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement





